Sabtu, Januari 31, 2009

bapak

Walau fisiknya terbalut kulit renta
dan terlihat lemah karena dimakan usia
namun di dalam jiwanya ku dapat merasakan sosok yang kuat dan energik
setiap orang yang mendekatnya akan merasakan kharismatiknya
wibawanya dan kasih sayang nya

Saat ku bertemu dengan kepasrahan diri
dia menatapku dengan mata yang teduh namun tajam dengan sinar hangat dan kebapakan
dibacanya diriku bagaikan membaca lembaran-lenbaran buku yang lama tersimpan, bahkan mungkin telah berdebu
dengan menatapku lama
dengan kepulan asap rokoknya

Kini saat kudengar tentang dirinya
seketika itu juga air mataku jatuh tak henti
begitu banyak makna jatuhnya air mataku
aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya
walau aku sadari masih banyak sekali yang belum aku pelajari darinya

@Jakarta, Sabtu 13.36 - 31 Januari 2009

Kenapa

"Kenapa kita selalu terkagum-kagum dengan kebendaan dan kematerian, terkagum-kagum saat melihat mobil mahal lewat, terkagum-kagum saat lihat handphone canggih, namun kita tidak terkagum-kagum saat melihat ciptaanNya? Padahal jelas ciptaanNya jauh lebih rumit dibuatnya, jauh lebih indah dan jauh lebih sempurna"


@Jakarta, Sabtu pagi hari, 31 Januari 2009

Sabtu, Januari 24, 2009

Kicauan Merdu Burung Kecil

kubuka mataku dari lelap tidurku
kulihat indahnya pagi sinar mentari masuk celah jendalaku
sayup-sayup kdengar kicauan merdu burung-burung menyambut pagi
‘ku bersyukur atas karuniaNya

‘ku tak pernah menyesali apa yang terjadi
walau hidup ini terkadang merupakan perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan

saat banyak ujian dan cobaan terjal menghadang
namun kadang juga sangat singkat
saat teringat masih belum banyak yang bisa kuperbuat

@Jakarta di meja kantor, 11 siang – 23 januari 2009.

Tidak ada yang seindah ciptaanMu

Angin menerpa wajahku saat kuberjalan
Daun-daun kuning berguguran
Memenuhi jalan yang kulewati
Persis layaknya musim gugur

Aku nikmati jalanku dengan suasana romantis
Di udara yang sejuk dan sinar matahari yang redup
Tidak ada yang seindah ciptaanMu

Kulihat setiap gerakan daun-daun di pepohonan
Bergerak serempak
Seirama seperti sedang menari tarian estace
Melambai-lambai terkena angin
Seraya tersenyum memandangku

Sungguh dzikir mereka lebih hebat dari manusia
Dan tak kusadari hujan rintik pun turun
Membasahi jalan trotoar
Satu demi satu berjatuhan secara perlahan
Kulihat lagi pohon-pohon tersebut

Mereka semakin riang terkena hujan
Seolah berkata kepadaku:
"Janti kemarilah .. bergabunglah dengan kami,
nikmati berkahNya yang turun dari bumi untuk kita semua.."

Aku pun balas tersenyum
Memandang kepada mereka dan kuteruskan berjalan
Benar-benar kunikmati setiap rintikan hujan menimpa wajahku
Benar-benar kunikmati setiap langkah kakiku menginjakkan air hujan

@Jakarta, sabtu 24 Januari 2009

Kamis, Januari 22, 2009

Terseret Arus Waktu

Bila aku ingat kembali
Masa-masa hidupku sejak kecil
Hingga usiaku yang tidak lagi muda kini
Betapa panjang lorong waktu yang telah kulalui
Namun serasa baru kemarin semua itu terjadi
Perjalanan hidup makin mendekati batas akhir
Padahal aku merasa belum berbuat apa-apa

Aku merasa masih belum berbakti pada orangtua
Aku merasa masih belum menyantuni keluarga dan saudara
Aku merasa masih belum beramal pada tetangga
Aku merasa masih belum berbuat baik pada semua orang
Aku pun merasa masih belum melakukan apa-apa
Terhadap lingkungan alam sekalipun...
Apalagi ibadahku padaNya masih belum sempurna

Waktu berlalu sangat cepat
Tak ada kuasa manusia menghambatmya
Semua akan terseret
Dari hulu sampai ke muara sana
Entah sampai ke batas mana...

@Jakarta, selasa sore, Januari 2009.

Selasa, Januari 20, 2009

Tidak Berdiri Semdiri

“Wah, hebat engkau sekarang”, ujar Parto pada Wicaksono yang kini menjabat sebagai direktur di sebuah perusahaan swasta ternama. “Iya, dong”, ucap Wicaksono pada sahabatnya itu dengan penuh rasa bangga.

Sepenggal percakapan antar dua sahabat tersebut sudah biasa kita dengar atau temui. Tidak ada yang istimewa dalam percakapan itu. Apalagi bila terjadi dalam suasana “sambil lalu”. Yang nampak sekadar percakapan basa-basi biasa, tidak mengandung makna apa pun.

Apabila direnungkan, keberhasilan Wicaksono menjabat direktur tentu telah melalui proses panjang. Banyak hal telah dilakukannya untuk mencapai itu. Tidak mudah dan pasti sangat berliku jalan yang harus ditempuhnya. Berbagai cobaan dan rintangan harus dilaluinya. Tenaga, waktu, dan pikiran sudah terkuras untuk itu. Dengan semangat tanpa mengenal menyerah akhirnya posisi terhormat itu bisa diraihnya.

Mungkinkah semua itu hanya dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan? Tanpa ada campur tangan dalam artian peran, fungsi atau bantuan dari orang lain? Jawabannya, pasti tidak mungkin.

Kehidupan seseorang di dunia ini seyogyanya tidak diklaim sebagai kehidupan “pribadi” yang steril. Bebas bersikap dan bertindak sesuai dengan kemauan pikiran dan kehendak hatinya. Betapa pun hebatnya modal pribadi yang dimilikinya, ketergantungan pada orang lain adalah keniscayaan. Modal pribadi memang sangat dibutuhkan. Namun demikian, ketika modal tersebut harus dikembangkan demi suatu tujuan (yang lebih baik, bahkan juga yang tidak baik sekalipun) maka bantuan orang lain mutlak diperlukan, baik bersifat langsung maupun tidak.

Apa yang dirasakan dan dialami seseorang pada saat ini merupakan “akumulasi” dari berbagai peristiwa dan kejadian sebelumnya. Jika direnungkan kembali semua peristiwa dan kejadian itu selain memang karena adanya modal pribadi sudah pasti berkaitan pula dengan peristiwa dan kejadian yang dialami oleh orang lain, baik secara langsung maupun tidak. Dengan perkataan lain, antarkejadian atau antarperistiwa terdapat suatu kaitan yang bersifat relasional dan kausalitas. Peran, fungsi dan bantuan orang lain seharusnya tidak boleh dinafikan.

Ironisnya, kadang kala peran, fungsi dan bantuan yang saling berkaitan itu tidak terlalu dipikirkan dan kemudian terabaikan begitu saja. Bila itu terjadi, semuanya dianggap merupakan keberhasilan diri semata. Bahkan campur tangan dari Yang Maha Kuasa cenderung diabaikan pula. Kalaupun sempat diingat, biasanya tak lebih dari sekadar ïngatan yang sifatnya ”basa-basi”.

Bila demikian, keberhasilan tidak lagi menumbuhkan rasa syukur melainkan akan lebih memunculkan arogansi, kecongkakan dan kesombongan. Ini semua kemudian akan menyebabkan yang bersangkutan selalu menuntut selain pengakuan juga penghormatan dan perhargaan (berlebih-lebihan) dari semua orang yang dianggap lebih rendah posisinya karena tidak berhasil seperti dirinya.

Pelajaran moral yang bisa dipetik: ”segala sesuatu tidak pernah berdiri sendiri dan tidak terjadi secara tiba-tiba.”

@Jakarta di keheningan selasa pagi, 20 Januari 2009.

Meditasi

Air kolam itu begitu bening
Kebiru-biruan senada dengan cerahnya langit
Berkilauan terkena cahaya mentari pagi

Di atas air yang terasa dingin ke seluruh tubuh
Kugerakkan tangan dan kakiku sangat perlahan
Berenang mengitari seluruh tepian kolam

Perlahan-lahan...
Layaknya ikan berenang di samudera luas
Perlahan-lahan...
Layaknya burung terbang di langit bebas

Semakin perlahan gerakanku berenang
Layaknya meditasi di tengah malam
Semakin ku teringat padaNya
Aku berdzikir padaNya

Kau sambut aku dengan sapaan dan senyumMu
Di kala cahayaMu menerobos hingga ke dasar kolam
Betapa nikmat berenang sambil berdzikir padaNya

@Jakarta Sahid, 18 Januari 2009.

Sabtu, Januari 17, 2009

Seporsi Kepiting Rebus

Seporsi kepiting rebus bumbu lada hitam
Kusantap di suatu resto bergaya gazebo
Wow, betapa lezat rasanya
Sekejap kuhabiskan porsi pertama
Sebentar kemudian porsi kedua kulalap pula
Alhamdulillah...

Tak sekali itu aku menikmati rizkiNya
Kepiting rebus bumbu lada hitam cuma sebagai misal
Tak terhitung segala macam masakan telah kurasakan
Di tempat yang berbeda namun tetap di bumi ciptaanNya

Medan, Parapat, Pekanbaru, Padang, Bukittinggi
Bengkulu, Palembang, Bandar Lampung, Baturaja
Jakarta, Bogor, Bandung, Cilegon, Subang
Semarang, Yogyakarta, Solo, Demak, Kudus, Jepara
Surabaya, Malang, Jember, Pacitan, Ponorogo
Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan
Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda
Denpasar, Makassar, Manado, Kupang, Ambon, Manokwari
Kuala Lumpur, Singapura, Manila, Tokyo, Amsterdam
Dan masih banyak kota yang lain...

Seporsi kepiting rebus bumbu lada hitam
Yang kusantap di suatu resto bergaya gazebo
Kabarnya kepiting itu didatangkan dari Padang
Betapa jauhnya jarak perjalanan yang harus ditempuh
Dibutuhkan waktu sekitar seminggu untuk sampai di Samarinda

Aku tak tahu kapan kepiting itu dilahirkan
Aku tak tahu di tambak yang mana kepiting itu mulai hidup
Aku tak tahu kapan kepiting itu ditangkap
Aku tak tahu siapa yang menangkapnya
Aku tak tahu siapa yang membawanya ke Samarinda
Aku tak tahu siapa yang memasaknya
Aku tak tahu siapa yang memilihkannya untukku
Aku tak tahu, aku tak tahu, aku tak tahu...

Ya, aku memang tak pernah tahu semua itu
Bahkan aku pun tak pernah tahu
Asal muasal segala macam rizki
Yang pernah aku nikmati

Satu hal yang sudah pasti dan kuyakini
Bila rizki memang untukku
Akan tetap dapat kunikmati
Kapan pun dan di mana pun aku berada
Karena rizki tak kan pernah tertukar
Subhanallah...

@Jakarta, sabtu siang, 17 Januari 2009

Pilihanku

Andai ada beragam dunia tempat berpijak
Aku memilih tetap berada disini

Andai ada beragam jalan hidup
Aku tetap memilih yang ini

Itulah pilihanku
Duniaku dan jalan hidupku
Yang penuh rasa senang dan bahagia
Karena senantiasa dapat bersyukur atas nikmatNya

@Jakarta, 16 Januari 2008
Lantai 18 sore hari, menjelang pulang.

Jangan Bersedih

Ketika kau bersedih
Janganlah simpan kesedihanmu
Di dalam relung hatimu yang paling dalam
Akhirnya membusuk dan mengotori jiwa

Gantilah kesedihanmu
Dengan keceriaan batin pancaran nur Ilahi
Bukti rasa syukur atas segala nikmatNya

Begitu selanjutnya
Bila kesedihan muncul kembali

Itu penanda proses hidup memang fluktuatif
Kau harus cerdas menyikapi dan menyiasatinya

@Jakarta, 16 Januari 2008
Lantai 18 sore hari, menjelang pulang.

Kerinduan

Betapa sesak dadaku saat kusebut namaNya
Kerinduan demi kerinduan makin menggumpal
Tak kuasa aku memendam kerinduan ini
Hasrat bertemu kian deras mendesak
Aku pun terpuruk di lembah angan-angan

Andai aku bisa terbang malam ini
Akan aku temui Dia
Akan kucurahkan segala kerinduan padaNya
Dengan saksi airmataku
Dan suasana jiwa raga yang tenang
Karena memang Dia dambaanku...

@Jakarta, keheningan malam, 17 Januari 2009.

Jumat, Januari 16, 2009

Rintik Hujan di Malam Hari

Di suatu malam yang hening
Kudengar rintik hujan gerimis
Tidak lama kemudian lebat

Bagiku suara hujan itu
Begitu merdu dan sangat ritmik
Bagaikan nyanyian surga
Hatiku bergetar ...

Di kedinginan malam itu
Kutarik selimut tebalku
Penghangat badanku
Dalam tempat tidur yang nyaman

Ku hela nafasku sejenak
Nikmati irama hujan
Seraya menerawang ke dunia sana

Betapa bedanya aku dengan mereka
Yang tinggal di gubuk-gubuk reyot
Hanya beralaskan tikar
Diterpa hujan angin
Juga terik matahari yang menyengat
Ketika harus bekerja
Demi sesuap nasi tanpa gizi

Duh Gusti...
Lindungilah mereka dari segala mara bahaya
Hati dan jiwa mereka tentu amat tulus
Ikhlas, jujur dan tekun dalam bekerja
Cuma kondisi yang membuat mereka seperti itu

Terima kasih, Gusti
Kau berikan nikmat padaku di malam ini
Juga pada seluruh malam yang lain
Puji syukurku tak pernah alpa
Sebagai bekal ketika kumenghadapMu kelak...

@Jakarta, tengah malam, 12 Januari 2009.

Kamis, Januari 15, 2009

Pagiku

Ku songsong pagi ini dengan hati riang
Menyeruak ke relung hati paling dalam
Hidup terasa ringan
Tanpa beban, tanpa keluh kesah
Cuma senyum keriaan yang tertebar

Kubayangkan aku berlari dan terus berlari
Kurentangkan kedua tanganku
Kuberputar-putar dengan gelak tawaku

Kutengadahkan kepala menatap langit biru
Di padang luas penuh rerumputan
Bertaburan bunga-bunga indah
Semilir udara sejuk dalam cuaca cerah

Tiba-tiba aku tersentak
Kiranya aku terlalu asyik menikmati lamunanku
Tak terasa bus yang aku tumpangi
Telah sampai di depan tempat kerjaku

Para penumpang bergegas turun
Aku pun ikut turun dengan derap langkah ringan
Mengikuti alunan irama lagu-lagu lembut
Dari mp3 player kesayanganku

@Jakarta pagi hari, akhir november 2008.

Jumat, Januari 09, 2009

Antara Sudirman dan Plangi (Plaza Semanggi)

Remang menunduk lesu
Kau perlahan melangkah segar
Menyusup ke tenda security
Lewati orang-orang
berseragam hitam gagah


Senyum manismu terlihat sejuk
Menghiasi rona wajah anggunmu
Menyeruak ke relung-relung kerinduan
Menepis segala keraguan

Kau membaur dalam kerumunan orang
Di pelataran jalan sudirman
Yang semuanya punya kehendak sama
Berharap dapat segera pulang

Seraya mengamati bus-bus yang lewat
Senyum manismu tetap menebar
Tak berapa lama bus pun mendekat
Memberi kesempatan penumpang naik

Selincah kenek kau berlari menuju pintu belakang
Aku pun tak ketinggalan bergegas pula
Namun harus hati-hati dan waspada
Bahaya jatuh sangat mungkin
Sopir dan kenek tak pernah hiraukan itu
Yang penting duit setoran melebihi takaran

Berjejal orang dari segala jenis karakter berada di dalam
Semua tampak letih dan kucel karena seharian bekerja
Cuma kita yang sumringah tanpa keredupan
Apalagi keletihan dan kekucelan

Tiba-tiba terdengar suara kenek
Setengah berteriak: Plangi, Plangi, turun!
Kami pun bergegas turun...

@jakarta, sore hari November 2008
Sumber foto: http://www.theplazasemanggi.co/contact.php

Selasa, Januari 06, 2009

Proses Pembelajaran

Tiga masa terlalui
Masa awal beragam harapan dan doa
Masa kedua kendala menghadang
Masa ketiga kendala kian kokoh
Aura kasih makin memancar

Bertumpuk hikmah penuh makna
Sebagai proses belajar dan pembelajaran

Hidup makin dinamis
Pemikiran makin matang
Perenungan makin mendalam
Kesabaran makin teruji
Keberserahandiri makin bulat

@jakarta, perdana 2009

Kamis, Januari 01, 2009

Refleksi Malam Tahun Baru 2009

Masa berganti, tahun pun bergulir
Usia bukan makin betambah
Malah berkurang bilangannya
Menuju titik akhir kehidupan

Kehidupan adalah tarikan nafas
Yang tak terhitung jumlahnya

Detik demi detik nafas dihembuskan
Mengurangi kapasitas yang tersimpan
Akhirnya sampailah pada hembusan nafas terakhir

Kematian bukan akhir dari kehidupan
Melainkan pintu menuju kehidupan baru
Tak seorang pun mampu menghindar
Atau menolak melewati pintu itu

Pada saatnya nanti semuanya pasti mengalami
Hanya berbeda kapan, di mana, dan dari mana
Mulai memasuki pintu itu

Kehidupan di balik pintu itu memang gaib
Namun rambu-rambu telah terpasang
Agar segala bekal yang disiapkan tak sia-sia

@gotong royong, malam pergantian tahun 2009.