Jumat, April 03, 2009

Catatan Perjalanan: Malam Maulid Nabi

Tengah malam sekitar pukul 12.00 di malam Maulid Nabi tanggal 9 Maret 2009, Kereta yang kutumpangi meluncur dari Singapura menuju Kuala Lumpur.Kulihat beberapa penumpang sudah terlelap tidur. Sedangkan aku walau sangat lelah selama 2 hari keliling kota Singapura, namun belum bisa tertidur.

Dalam keheningan malam dan hanya terdengar suara kereta api beradu dengan relnya, membuat malam semakin senyap dan syahdu. tidak ada suara takbir atau shalawat Nabi seperti di rumah, yang biasa terdengar dari masjid-masjid sekitar rumah.

Ku teringat sosok Rosullullah , manusia agung yang diciptakan Allah Swt.apa yang bisa kulakukan dalam rangka meneladani sifat-sifatnya? kuteringat sholat ku selama 2 hari di Singapura terasa kacau secara syariat(menurut ku ) , karena perjalanan team dan tidak mudah meninggalkan rombongan , sholatku sering di rangkap-rangkap. Bahkan kadang bertayamum dan sulit menemukan tempat wudhu apalagi tempat sholat. bahkan arah kiblat pun belum tentu benar. aku hanya kuatkan niat .belum lagi makanan halal nya, walau mereka mengatakan 'no pork', namun aku tidak bisa menjaminnya, hampir selera makan ku di Singapura hilang saatmencium bau masakan noodle di seluruh lantai food court yang bagiku sangat membuat mual dan pusing.

Malam semakin panjang, dan aku belum bisa tertidur, selain kursi yang aku duduki tidak nyaman, pintu lorong kereta sering terbuka bila ada penumpang yang lewat , akibatnya suara mesin kereta semakin kencang terdengar masuk dan AC dari gerbong lain pun ikut masuk , dingin menusuk tulang.Pintu gerbang baru akan tertutup kembali setelah sekian menit terbuka,rupanya pintu otomatis nya sudah tidak berfungsi dengan baik.

Akhirnya aku bersholawat Nabi lalu kuputuskan sholat sunnah di kereta tengah malam ini dengan bertayamum dan sholat sambil duduk di kereta. Setelah itu karena kantuk juga belum datang, aku merenung sosok Nabi hingga perjalanan takdirku per detik ini. Hanya itu yang bisa aku lakukan mengisi malam Maulid Nabi ku, di kereta menuju Singapura to KL.

@Jakarta 3 April 2009
Sumber foto: http://sukemy.tripod.com/

Sabtu, Maret 14, 2009

Catatan perjalanan: Singapura

Sabtu pagi tanggal 7 Maret 2009 ku bergegas ke bandara. Aku diterbangkan takdir menuju ke Singapura, negara tetangga di ujung barat Indonesia. Setelah dua hari di Singapore , rencananya perjalanan akan dilanjutkan ke Kuala Lumpur dengan menggunakan Kereta Api.

Tentu saja hal ini sangat exciting buat aku karena dengan semakin kita bisa melihat belahan dunia lain, semakin kita banyak mengagumi Allah karena ciptaanNya. Dengan bertemu negara lain , dengan sistem yang beda, wajah yang beda, suasana yang beda, kehidupan yang beda, bahasa yang beda, culture yang beda , semakin saya kagum akan ciptaanNya

Saya beserta rekan-rekan sudah berkumpul dibandara Cengkareng sekitar jam 5.45 pagi untuk check in. Setelah boarding dilalui , tiba-tiba terdengar pengumuman delay sekitar 45 menit dari pihak Lion Air. Akhirnya kami menuggu lagi, dan baru sekitar jam 9 an kami berangkat menuju Singapore.

Bandara Changi , merupakan bandara terbesar di Asia Tenggara. Sungguh mewah dan bersih. Konsepnya bandara digabung dengan mall sehingga sangat beda dengan bandara di Cengkareng. Di Changi saat menginjakan lantai setelah keluar dari pesawat, lantai bandara sudah dilapisi karpet yang berwarna biru bermotif merah, dengan cahaya lampu yang terang benderang, dan udara sejuk dari AC. Saat berjalan menuju pintu masuk bandara disambut dengan berbagai macam barang di toko , mulai dari parfum, baju, elektronik, pernak pernik, coklat, permen , buku2, food and baverags, souvenir dsbnya.

Koridor dibuat sangat lebar, sehingga lalu lalang para penumpang bahkan yang menggunakan mobil kereta barang yang berlalu lalang sekalipun tidak mengganggu.
Belum lagi fasilitas dibandara, mulai dari internet gratis,business center, minum air mineral di kran, brosur2 pariwisata Singapre, majalah Changi airport bahkan brosur peta kota Singapura yang ada di setiap sudut.

Toilet di singapure modern dan sangat bersih, rapih dan tidak berbau. Tissue selalu tersedia. Namun bagi muslim mungkin sangat sulit , karena toilet di seluruh singapura dimana-mana menggunakan konsep toliet kering, hanya menggunakan tissue tanpa shower. Begitu pula dengan mushola, diseluruh mall sangat sulit mencari mushola untuk sholat.

Disepanjang koridor bandara Changi yang sangat luas , tidak terlihat calo sama sekali seperti di bandara Cengkareng. Begitu pula dengan copet dan preman tidak ada satupun. Semua Terasa aman dan nyaman. Turis –turis asing pun merasa nyaman menikmati fasilitas bandara Changi. Semua terlihat berhenti di fasilitas internet. Luas bandara Changi diperkirakan sebesar ...terdiri dari 3 terminal dan setiap terminalnya terdiri dari 3 -4 lantai kebawah.

Suasana bandara sangat sibuk. Namun pengunjug tidak perlu report berjalan di bandara yang sangat besar tersebut, karena dimana-mana ada fasiltias tangga jalan dari satu lantai ke lantai lain.
Sempat mencuri perhatianku adalah saat dimana-mana disetiap sudut bandara , selalu ditaruh pot bungga besar yang berisi bunga anggrek.

Singapura benar-benar telah berhasil menjual dirinya sbg negara yang bisa dikunjungi wisatawan dunia dan pebisnis. Bahkan bunga anggrek ciri khas Indonesia pun sudah berubah menjadi ciri khas bangsa ini. Saya hanya bisa tersenyum kecut.

Keluar dari bandara saya dan rekan-rekan menggunakan MRT menuju Orchad street, dimana hotel Supreme merupakan tempat aku dan teman-teman menginap.

MRT (Mass Rapid Transit) adalah sejenis kereta listrik yang modern. Dan ada di subway kota singapura. Suasana di dalam MRT lumayan penuh, namun tetap rapih dan teratur. Walau penuh namun tidak berjejalan seperti layaknya transportasi di indonesia.

Terlihat pasangan muda mudi berpacaran di MRT , tanpa risih mereka berpelukan dan berciuman. Bagi warga Singapura mungkin itu hal yang wajar. Banyak wanitanya mengenakan baju yang minim/ u can see dan sexy dengan rambut pirang dan diluruskan. Sedangkan prianya menggunakan kaos dnegan celana pendek selutut dengan gaya rambut di jelly dan pirang.

Semua terlihat individual sekali. Ada yang asyik berpacaran, ada yang asyik dengan mp3 nya dengan manggut2kan kepala mengikuti musik ditelinganya. Ada juga gerombolan para ABG yang sexy dan ketawa ketiwi Bahkan di terminal MRT , banyak sekali orang lalu lalang , ada yang asyik berjalan sambil membuka laptopnya. Dan anehnya tidak menabrak orang dan tiang didepannya

Melihat kota Singapura, mudah disimpulkan yaitu kota pusat belanja karena dimana mana hanya mall dan mall , dari bawah tanah maupun yang menjulang tinggi diatas tanah.
Rhytme kehidupan sangat cepat dan energik, semua terlihat rapih , bersih tidak ada satu sampah pun terlihat di jalan, semua teratur , disiplin, dan on time schedule.

Semua menyebrang sesuai tempatnya. Dan tidak ada tangga penyebrangan spt di Jakarta yang sangat panjang dan membuat orang enggan melaluinya karena membuat lelah. Di Singapura semua rapih dan praktis. Jika harus ada tangga, dibuat tangga berjalan elektronik.
Tempat penyeberangan selalu di sudut lampu merah. Tempat buat pejalan kaki sangat lebar, sehingga kebiasaan berjalan dari satu gedung dan gedung yang lain nyaman. Semua warga terbiasa jalan lalu lalang dari satu halte ke halte yang lain.

Penduduk Singapura terlihat sibuk walau tujuannya hanya shoping , jalan-jalan atau hanging around di cafe. Disepanjang jalan ditanami pohon-pohon besar sehingga terlihat sejuk dan tidak polusi. Burung –burung liar sengaja dilepas dipepohonan, sehingga menjelang sore kicauan burung sangat riuh menambah suasana kota yang modern tsb tetap asri dan romantic.

Selama memperhatikan sudut-kota Singapura, banyak hal yang menarik buat ku. Aku lihat disana tidak ada pengamen, pengemis, kenek bis, pedagang asongan, kaki lima bahkan warga yang berpenampilan kotor dan lusuh pun tidak ada.

Dan yang menarik perhatianku lagi , semua pekerjaan pelayan, pemberi plastik payung di mall, penjual es kricm di dorongan, sampe tukang sampah dimall adalah para manula. Posisi pekerjaan tsb tiak boleh di isi oleh anak muda. Pemerintah singapura ingin memberdayakan para manula agar tidak stress hanya tinggal berdiam diri dirumah.

Yang menarik lagi, saat hujan turun semua mall menyediakan plastik di depan pintu masuk untuk payung-payung pengunjung agar tidak menetes dan becek dilantai mall.

Selama di singapura saya banyak melihat berbagai macam wajah bahkan ribuan wajah yang berbeda-beda . Ada yang berdarah melayu, India , Chinese bahkan Eropa . Sungguh menambah kagum saya akan kebesaranNya

Negara Singapura tidak mengandalkan kekayaan alam untuk menarik simpati wisatawan , tapi dengan menjual dirinya dengan ke moderanitasan kota dan tekhnology nya. Seperti di Clark Quey pusat cafe di pinggir sungai kota Singgapura. Sunggainya seperti di kota Jakarta , dan kalah jauh dibandingkan sungai Musi dan Kapuas. Namun Singapura berhasil mengemas sungai tersebut menjadi bersih dan tidak berbau sehingga enak untuk tempat duduk- duduk menjelang petang hingga dini hari. Suasana romantic terlihat dengan jajaran cafe kelas menengah atas dan lampu-lampu kota menambah indah suasana. Para wisatawan duduk-duduk sepanjang malam tanpa takut akan preman.

Begitu pula dengan pantainya , kalah jauh dengan Indonesia. Namun mereka bisa mengemasnya dengan menciptakan song of the sea dengan teknologi air mancur dan laser yang semua dilakukan diatas pantai yang tidak seberapa luas tsb.

Saat terdengar lagu daerah Indonesia di song of the sea dan diumumkan bahwa itu lagu tersebut milik Malaysia , aku pun tersenyum miris lagi. Dan saat naik boat mengitari kota Singapura, dan tour giude menceritakan ttg Michael Jakson yang bela2 in datang ke Singapura untuk lihat orang utan. Aku miris lagi. Saat tau botanical garden dipenuhi species anggrek , saat kebun binatangnya bisa menjual diri dengan beriklan ada 8000 burung dan 600 species burung
Banyak hal dimana indonesia lebih mampu untuk dijual

Singapura memang menarik untuk pertama kali dilihat. Namun yang ditawarkan hanya hiburan jasadiah semata tanpa menyentuh jiwa sehingga kita mudah sekali lelah . Semua dikemas dengan teknologi dan kematerian.

Singapura salah satu negeri modern dimana taman-taman buatan terlihat apik dan menarik
Singapura negerinya para pebisnis , pusat belanja dan kematerian. Namun Singapura bukan negeri untuk liburan melepaskan penat dan bukan tempat holiday panjang.

Namun perjalanan ku tetap sangat sangat menarik, karena bisa melihat negeri indah , negeri tetangga yang telah modern. Negeri untuk studi banding para pejabat kita agar menyontoh sistem bermasyarakat yang disiplin ,rapih dan bersih. Negeri untuk mengaca diri seberapa parahkan negara kita di korupsi olah pejabat yang tidak bertanggug jawab. Negeri untuk dilihat dan bersyukur akan ciptaanNya

Surat AL Hujurat ayat 13
” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku suku saupaya kamu saling kenal mengenal ”

@Singapura 7-8 March 2009

Selasa, Maret 10, 2009

Antara Jakarta, Singapura, dan Kuala Lumpur




Aku menginjakkan kaki di bumi yang terbentang di sana
Aku minum air yang memancar di sana
Aku menghirup udara yang berhembus di sana
Semuanya sama
Tidak ada yang berbeda
Antara yang di sini dengan yang di sana


Aku amati lagi
Tetap tidak ada beda
Aku lihat lagi
Tetap tidak ada yang aneh
Semua sama
Hanya tempat yang berbeda
Ini di sini, itu di sana

Begitu pula orang-orang di sana
Tak beda dengan orang-orang di sini
Hanya karena faktor sistem sosial-budaya
Hanya karena faktor sistem ekonomi
Hanya karena faktor sistem hukum, dan
Hanya karena faktor geopolitik
Mereka yang di sana dipisahkan dengan yang di sini

Tuhan menciptakan mahlukNya tersebar dimana-mana
Bersyukurlah aku diberi kesempatan
Mengunjungi bagian bumi yang lain ciptaanNya
Menjadi saksi atas kekuasaanNya


Akupun semakin mengerti dan memahami maksud Tuhan
Manusia diciptakan berkelompok dan berbangsa
Agar saling mengenal satu sama lain
Antara Jakarta, Singapura, dan Kuala Lumpur...

@Kuala Lumpur, 10 Maret 2009.

Sabtu, Maret 07, 2009

Pantai Hening Bening













Langit cerah membiru hening
Laut pun membiru begitu bening
Riak-riak kecil gelombang meggamit pantai
Terdengar merdu bagai soneta surgawi

Angin semilir menyejukkan menerpa wajah
Menebarkan getar-getar asmara
Tenteram dan damai menyapa hati
’Tuk menyatu dalam jalinan sukma rindu
Tanpa perintang menuju impian bersama

Tanpa ada sangka dan nyana
Di balik hening bening itu
Tiba-tiba gemuruh menggelagar
Petir menyambar berdasar skenario
Mengacak-acak
Merobek-robek
Mengobrak-abrik
Merampas dan menghempas
Serat-serat yang sudah terajut

Namun...
Keheningan biru langit
Kebeningan laut biru
Kemerduan riak gekombang
Kesejukan angin pantai
Kedamaian susana hati
Tak terusik oleh prahara

Waktu terus bergulir
Beragam perahu pernah merapat
Kemudian terseret oleh derasnya arus balik
Tidak ada yang harus dipersalahkan
Semua tunduk pada aturanNya...

@Singapura, 7 Maret 2009.

Minggu, Maret 01, 2009

Bunga Putih

Di remang temaram cahaya
Bunga putih itu bening
Terkuak makna kesucian
Kesederhanaan dan kejujuran

Di keheningan ruang yang syahdu
Bunga putih itu tetap anggun
Menebar wangi mengusik rasa

Suasana makin romantis
Dan malam masih belum larut...


@jakarta, minggu siang 01-03-2009

Sabtu, Februari 14, 2009

Hikayat Burung Mungil

Burung mungil itu...
Indah dan cantik nian
Bulu-bulunya halus
Mengkilat berwarna-warni
Suaranya bening merdu mendayu
Menyejukkan sampai ke sudut jiwa

Burung mungil itu...
Setiap hari seakan tak letih
Terbang ke sana ke mari
Sesekali meliuk ke kiri dan ke kanan
Kadang menukik hampir menyentuh bumi
Sedetik kemudian melesat mengudara lagi

Burung mungil itu...
Tak terbilang tersandung awan gelap
Terbentur gelegar petir dan guntur
Terseret puting beliung
Namun tak membuatnya terpelanting

Burung mungil itu...
Tetap indah dan cantik
Tak henti terbang dengan lincahnya
Berkicau menebarkan suara merdu nan ritmik
Harmonis dengan irama kepakan sayapnya
Serasi dengan warna-warni bulunya
Berkilau memesona diterpa mentari pagi

Burung mungil itu...
Tiba-tiba kicauannya tak semerdu aslinya
Seakan memberi isyarat harap dan cemas
Akan tiba saatnya hinggap
Di sangkar emas bertatahkan intan berlian
Bukan loyang berlumur onak dan duri
Burung gagak pun mengepakkan sayapnya
Penuh makna....

@jakarta, sabtu pagi 14 februari 2009.
Sumber foto: http://id.wikipedia.org/wiki/burung_cendrawasih

Minggu, Februari 08, 2009

Ragam Wajah

Di kala aku menumpang bus yang membawaku pergi pulang kerja ke kantor setiap hari, aku merasakan suatu kenikmatan batiniah yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Selama masa waktu bekerja bertahun-tahun sampai detik ini aku telah bertemu dengan beribu-ribu orang dengan beragam wajah.

Ada yang cantik, ganteng, biasa-biasa saja, dan bahkan tidak kurang yang termasuk kategori di bawah standar yang umum. Namun, bagiku semua itu bukan masalah. Allah telah menciptakan struktur wajah setiap individu manusia sesuai dengan kehendakNya.

Aku sangat kagum pada Sang Pencipta karena dari keseluruhan wajah itu tidak satupun yang sama. Bukan hanya wajah orang-orang yang aku temui di bus, tapi juga di area mana saja di muka bumi ini. Tidak satu pun ditemukan wajah yang sama. Walaupun ada yang menyebutnya kembar, pasti ada titik-titik perbedaan di wajah mereka.

Dengan ke-maha kuasa-Nya masing-masing wajah terstruktur dengan sangat sempurna dan proporsional sehingga semuanya nampak enak dipandang dan dilihat. Mengapa hidung diletakkan di muka, kemudian kedua mata diberi alis, telinga dengan bentuk yang sangat artistik ditempatkan di lokasi yang sangat tepat, begitu pula mulut dihiasi oleh dua iris bibir yang sangat menarik. Sungguh Allah menciptakan semua itu dengan kreativitas yang maha tinggi dengan rasa seni (artistik) yang juga maha dahsyat.

Kekagumanku tidak berhenti sampai di situ. Dengan struktur wajah tertentu seakan diisyaratkan suatu pertanda tentang karakter tertentu pula dari masing-masing individu. Karakter itu pun sangat beragam dan tidak pernah persis sama antara manusia yang satu dengan lainnya.

Kekagumanku tak pernah berhenti ketika aku renungkan di balik setiap wajah ditaruhNya otak sebagai organ tubuh yang berfungsi sebagai pengendali sistem akal, pikiran dan logika. Melalui otak inilah semua kehendak, keinginan, dan gerak diatur dan diarahkan. Selain otak, ada organ tubuh yang paling dominan dalam diri manusia, yatu hati dan jiwa.

Aku berandai-andai, sekiranya hasrat, kehendak, dan keinginan yang muncul dalam pikiran dan hati serta jiwa setiap orang yang aku temui itu bisa didengarkan secara jelas sudah barang tentu betapa ramainya suasana kehidupan manusia di dunia ini. Namun, Allah maha kuasa, ternyata semua itu tidak ditampilkan dalam bentuk verbal, tetapi tersimpan rapat di benak masing-masing. Mengapa demikian? Itulah pertanyan yang selalu mengusikku untuk dijawab...
Allahu akbar!

@jakarta, minggu siang – 8 Februari 2009
Sumber foto: http://www.tmreizen.nl

Sabtu, Februari 07, 2009

Barang Bekas

Suatu panitia amal untuk korban bencana alam mengumumkan agar para warga yang kebetulan tidak bernasib malang beringan hati menyumbangkan pakaian bekas pakai untuk para korban bencana alam tersebut.

Hanya dalam waktu 3 hari setelah itu, panitia sudah dapat menghimpun pakaian bekas pakai dalam jumlah ribuan dari berbagai ukuran. Siapa pun tidak menyangkal bahwa hal ini menandakan kepedulian masyarakat cukup tinggi untuk berbagi dengan sesama yang kebetulan mengalami musibah.

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menyaksikan peristiwa serupa. Orang-orang yang hidupnya lebih atau berkecukupan memberi perhatian dan kepedulian pada mereka yang kurang beruntung dengan cara memberikan barang-barang bekas, entah itu berupa pakaian, alat-alat rumahtangga, dan lainnya.

Beramal sholeh seperti itu menurut tuntunan ajaran agama apa pun sangat dianjurkan. Namun demikian, pernahkah terpikirkan oleh kita tentang kualitas barang-barang pemberian itu? Tegasnya, apakah barang-barang yang selalu kita berikan pada kaum dhuafa harus dalam kategori barang bekas, hampir tidak pernah diupayakan barang-barang dalam kondisi masih baru?

Jika kita mau jujur, Sang Maha Pencipta selalu memberikan apa saja pada hambaNya dalam kondisi bukan barang bekas. Semua baru, dan benar-benar baru. Kita lihat saja, misalnya, buah yang kita petik dari pohon apa saja pasti bukanlah buah bekas. Air minum yang kita ambil dari sebuah sumber air di mana pun, pasti bukan air bekas. Udara pagi yang kita hirup dengan segar setiap hari, juga bukan udara bekas. Bahkan (maaf!) semua kotoran binatang dan hewan apa pun yang keluar dari alat pelepasannya pasti kotoran yang baru. Semuanya bukan barang bekas. Bahkan semua hambaNya tanpa pilih kasih diberiNya segala hal dalam kondisi masih baru!

Itu semua membuktikan bahwa Sang Maha Kuasa sangat menghargai semua mahlukNya. Kita ketika memiliki kelebihan sedikit saja dibandingkan orang lain kadang kala menjadi congkak. Ketika akan memberikan sumbangan amal, misalnya, yang terpikirkan lebih dahulu menghitung berapa banyak barang-barang bekas yang kita miliki untuk disumbangkan. Bukan memikirkan akan membeli barang-barang baru untuk keperluan itu. Kalau pun ada pemikiran ini, bisa dipastikan kualitasnya dipilih yang berada jauh di bawah normal dalam ukuran kita.

Bukan suatu yang aneh, ketika mendapat rizki untuk membeli pakaian, misalnya, biasanya pakaian itu pertama kali kita memakainya untuk kepentingan-kepentingan duniawi, seperti menghadiri undangan pesta perkawinan seorang teman. Apalagi jika undangan itu datang dari seorang yang status sosialnya lebih tinggi. Kita seakan memaksakan diri untuk membeli pakaian baru hanya demi menghormati orang itu. Hal ini justru berbeda dengan sangat kontrasnya ketika kita harus melakukan aktivitas ritual keagamaan sehari-hari. Kadang kala pakaian yang kita gunakan seadanya.

Mengapa ketika menjalankan ibadah, kita tidak meniatkan diri memakai pakaian yang baru juga, sebelum pakaian itu dipakai untuk kegiatan-kegiatan lain yang bersifat hubungan kemanusiaan? Mengapa kita tidak selalu berupaya melakukan suatu keseimbangan yang harmonis antara hubungan kemanusiaan (hablum minannas) dengan hubungan ke-Ilahian (hablum minallah)? Andai keseimbangan harmonis itu benar-benar dapat kita wujudkan, alangkah indahnya hidup ini. Itu merupakan salah satu wujud syukur dan terima kasih kita atas segala nikmatNya. Semoga ke depan kita selalu diingatkan olehNya untuk melakukan keseimbangan harmonis itu. Amin ya robbal alamin....

@jakarta, sabtu pagi – 7 februari 2009
Sumber foto: http://id.wikipedia.org

Jumat, Februari 06, 2009

Sibuk

Setiap aku berdiri di tepian jalan sudirman seusai jam kantor di sore hari, selalu saja aku melihat pemandangan yang sama, namun bagiku tetap menarik. Suasana begitu riuh dan ramai oleh orang-orang dari beragam status sosial: para eksekutif, karyawan, satpam, penjual makanan dan para pengemis. Penampilan orang-orang itu pun beraneka rupa: parlente, modis, sampai yang lusuh pun ada.

Para wanita dan pria eksekutif seakan berlomba memamerkan daya pikat seksualnya dengan dandanan mewah dan aroma parfum asal luar negeri. Sebaliknya, mereka yang dari strata menengah nampak sederhana meskipun tetap modis. Lain lagi yang terpuruk di strata bawah. Pakaian mereka lusuh, dandanan tak terurus, kucel, kusam, dan lungset merupakan identitas kesehariannya. Amat kontras dengan para eksekutif tadi.

Suasana di kawasan jalan sudirman begitu berwarna. Para pedagang segala macam barang berjejalan dan berebut menjajakan dagangannya. Ada penjual bakso, siomay, gorengan, es cendol, nasi goreng, air mineral, buah strawberry, mainan anak-anak dan penjaja koran. Semua ini menambah ruwetnya trotoar sehingga tidak lagi nyaman bagi pejalan kaki. Para penjual makanan yang berjajar di sepanjang sisi jalan sibuk melayani orang-orang yang antri. Mereka memanfaatkan waktu menunggu bus dengan membeli makanan sebagai pengganjal perut karena macetnya lalu lintas.

Suasana di ruas jalan sudirman sendiri tidak kalah ribut dan semrawutnya. Semua orang sibuk mengejar waktu untuk segera tiba di rumah masing-masing. Para pengendara motor bertumpuk tak teratur karena masing-masing berebut setiap jengkal ruas jalan dan kalau perlu menyerobot jalur yang digunakan oleh kendaraan jenis lain. Bahkan para pengendara motor ini sampai naik ke trotoar sehingga sangat mengganggu para pejalan kaki.

Ratusan mobil lalu lalang, dari yang mewah sampai bus yang butut. Pengemudinya tak kalah edan. Saling serobot, saling desak dan adu kuat menyingkirkan yang lain. Para kenek bus kota berteriak memanggil dan berebut penumpang. Deru mesin motor, mobil pribadi serta bunyi klakson dan asap knalpot berbaur menjadi satu menambah suasana semakin bising dan pengap. Arus lalu lintas menjadi macet. Kemacetan ini makin parah ketika turun hujan dan air menggenanggi ruas-ruas di sepanjang jalan sudirman.

Suasana teratur, rapi dan serba tertib justru telihat pada jajaran gedung-gedung pencakar langit. Semua gedung-gedung itu tampak mewah dengan fasilitas berteknologi tinggi, tempat konsentrasi dari berbagai kegiatan tingkat nasional dan global. Beberapa orang terlihat masih terlihat sibuk bekerja di dalam gedung-gedung mewah itu. Semua orang, termasuk aku, sibuk seperti berkejaran dan berlarian menghadapi kegiatan rutinitas setiap pulang kerja menjelang waktu sholat maghrib.

Tuhan, betapa sibuknya kami. Rasanya sudah tidak ada lagi ruang dan waktu untuk menikmati hidup ini dari aspek batiniah yang terwujud dalam perilaku religiusitas. Beruntunglah orang-orang yang dalam kesibukan seperti itu masih mampu mengingatMu...

@jakarta, malam hari 5 Februari 2009.

Selasa, Februari 03, 2009

Barisan Semut

Aku duduk di tepian kali kecil dekat persawahan
Pagi itu kunikmati semilir angin segar dan hangatnya sinar mentari pagi
Betapa damainya alam ini
Meski di bagian bumi yang lain
Tersiar kabar manusia saling baku tembak
Menuruti hawa nafsunya untuk saling menguasai
Tidak peduli korban-korban tak berdosa berguguran
Yang penting keangkara-murkaan terlampiaskan

Kutepis ingatan pada mereka yang sedang bergumul dalam perang
Kufokuskan perhatian pada semut-semut di sekitarku
Mereka berjalan beriringan menuju satu tujuan
Kadang saling berpapasan dengan yang lain dalam arah berbeda
Seakan menyapa, semut yang satu berhenti sejenak
Sementara semut yang lain berbuat sama
Tampak mereka sangat akrab
Tidak ada rasa permusuhan
Yang ada hanya persahabatan dan persaudaraan yang tulus
Dalam suatu komunitas yang aman, damai, dan tentram

Semut-semut itu terus beriringan seakan berlari
Entah sampai kapan itu mereka lakukan
Sepertinya tak pernah lelah, apalagi mengeluh
Terbukti tak satu pun dari mereka berhenti berlari
Betapa hebatnya sang Pencipta
Dengan konstruksi anatomi tubuh sangat kecil
Serta organ-organ tubuh yang juga dalam ukuran sangat mini
Semuanya berfungsi dengan sempurna, tanpa cela

Bagaimana jantung mereka berdenyut?
Bagaimana sistem aliran darah mereka bekerja?
Bagaimana sistem pernafasan mereka diatur?
Bagaimana makanan mereka diolahNya menjadi energi?
Bagaimana insting mereka berfungsi mengatur semua gerak dan kehendak?
......................................................................

Oh... terlalu banyak pertanyaan dan perenungan yang harus diajukan
Namun, pasti tak sanggup akal dan logika ini mencernanya
Kecuali menyebut kebesaranNya dengan nafas penuh takzim
Allahu akbar...!

@siang hari, 3 Februari 2009
Sumber foto: http://id.wikipedia.org/wiki/semut

Sabtu, Januari 31, 2009

bapak

Walau fisiknya terbalut kulit renta
dan terlihat lemah karena dimakan usia
namun di dalam jiwanya ku dapat merasakan sosok yang kuat dan energik
setiap orang yang mendekatnya akan merasakan kharismatiknya
wibawanya dan kasih sayang nya

Saat ku bertemu dengan kepasrahan diri
dia menatapku dengan mata yang teduh namun tajam dengan sinar hangat dan kebapakan
dibacanya diriku bagaikan membaca lembaran-lenbaran buku yang lama tersimpan, bahkan mungkin telah berdebu
dengan menatapku lama
dengan kepulan asap rokoknya

Kini saat kudengar tentang dirinya
seketika itu juga air mataku jatuh tak henti
begitu banyak makna jatuhnya air mataku
aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya
walau aku sadari masih banyak sekali yang belum aku pelajari darinya

@Jakarta, Sabtu 13.36 - 31 Januari 2009

Kenapa

"Kenapa kita selalu terkagum-kagum dengan kebendaan dan kematerian, terkagum-kagum saat melihat mobil mahal lewat, terkagum-kagum saat lihat handphone canggih, namun kita tidak terkagum-kagum saat melihat ciptaanNya? Padahal jelas ciptaanNya jauh lebih rumit dibuatnya, jauh lebih indah dan jauh lebih sempurna"


@Jakarta, Sabtu pagi hari, 31 Januari 2009

Sabtu, Januari 24, 2009

Kicauan Merdu Burung Kecil

kubuka mataku dari lelap tidurku
kulihat indahnya pagi sinar mentari masuk celah jendalaku
sayup-sayup kdengar kicauan merdu burung-burung menyambut pagi
‘ku bersyukur atas karuniaNya

‘ku tak pernah menyesali apa yang terjadi
walau hidup ini terkadang merupakan perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan

saat banyak ujian dan cobaan terjal menghadang
namun kadang juga sangat singkat
saat teringat masih belum banyak yang bisa kuperbuat

@Jakarta di meja kantor, 11 siang – 23 januari 2009.

Tidak ada yang seindah ciptaanMu

Angin menerpa wajahku saat kuberjalan
Daun-daun kuning berguguran
Memenuhi jalan yang kulewati
Persis layaknya musim gugur

Aku nikmati jalanku dengan suasana romantis
Di udara yang sejuk dan sinar matahari yang redup
Tidak ada yang seindah ciptaanMu

Kulihat setiap gerakan daun-daun di pepohonan
Bergerak serempak
Seirama seperti sedang menari tarian estace
Melambai-lambai terkena angin
Seraya tersenyum memandangku

Sungguh dzikir mereka lebih hebat dari manusia
Dan tak kusadari hujan rintik pun turun
Membasahi jalan trotoar
Satu demi satu berjatuhan secara perlahan
Kulihat lagi pohon-pohon tersebut

Mereka semakin riang terkena hujan
Seolah berkata kepadaku:
"Janti kemarilah .. bergabunglah dengan kami,
nikmati berkahNya yang turun dari bumi untuk kita semua.."

Aku pun balas tersenyum
Memandang kepada mereka dan kuteruskan berjalan
Benar-benar kunikmati setiap rintikan hujan menimpa wajahku
Benar-benar kunikmati setiap langkah kakiku menginjakkan air hujan

@Jakarta, sabtu 24 Januari 2009

Kamis, Januari 22, 2009

Terseret Arus Waktu

Bila aku ingat kembali
Masa-masa hidupku sejak kecil
Hingga usiaku yang tidak lagi muda kini
Betapa panjang lorong waktu yang telah kulalui
Namun serasa baru kemarin semua itu terjadi
Perjalanan hidup makin mendekati batas akhir
Padahal aku merasa belum berbuat apa-apa

Aku merasa masih belum berbakti pada orangtua
Aku merasa masih belum menyantuni keluarga dan saudara
Aku merasa masih belum beramal pada tetangga
Aku merasa masih belum berbuat baik pada semua orang
Aku pun merasa masih belum melakukan apa-apa
Terhadap lingkungan alam sekalipun...
Apalagi ibadahku padaNya masih belum sempurna

Waktu berlalu sangat cepat
Tak ada kuasa manusia menghambatmya
Semua akan terseret
Dari hulu sampai ke muara sana
Entah sampai ke batas mana...

@Jakarta, selasa sore, Januari 2009.

Selasa, Januari 20, 2009

Tidak Berdiri Semdiri

“Wah, hebat engkau sekarang”, ujar Parto pada Wicaksono yang kini menjabat sebagai direktur di sebuah perusahaan swasta ternama. “Iya, dong”, ucap Wicaksono pada sahabatnya itu dengan penuh rasa bangga.

Sepenggal percakapan antar dua sahabat tersebut sudah biasa kita dengar atau temui. Tidak ada yang istimewa dalam percakapan itu. Apalagi bila terjadi dalam suasana “sambil lalu”. Yang nampak sekadar percakapan basa-basi biasa, tidak mengandung makna apa pun.

Apabila direnungkan, keberhasilan Wicaksono menjabat direktur tentu telah melalui proses panjang. Banyak hal telah dilakukannya untuk mencapai itu. Tidak mudah dan pasti sangat berliku jalan yang harus ditempuhnya. Berbagai cobaan dan rintangan harus dilaluinya. Tenaga, waktu, dan pikiran sudah terkuras untuk itu. Dengan semangat tanpa mengenal menyerah akhirnya posisi terhormat itu bisa diraihnya.

Mungkinkah semua itu hanya dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan? Tanpa ada campur tangan dalam artian peran, fungsi atau bantuan dari orang lain? Jawabannya, pasti tidak mungkin.

Kehidupan seseorang di dunia ini seyogyanya tidak diklaim sebagai kehidupan “pribadi” yang steril. Bebas bersikap dan bertindak sesuai dengan kemauan pikiran dan kehendak hatinya. Betapa pun hebatnya modal pribadi yang dimilikinya, ketergantungan pada orang lain adalah keniscayaan. Modal pribadi memang sangat dibutuhkan. Namun demikian, ketika modal tersebut harus dikembangkan demi suatu tujuan (yang lebih baik, bahkan juga yang tidak baik sekalipun) maka bantuan orang lain mutlak diperlukan, baik bersifat langsung maupun tidak.

Apa yang dirasakan dan dialami seseorang pada saat ini merupakan “akumulasi” dari berbagai peristiwa dan kejadian sebelumnya. Jika direnungkan kembali semua peristiwa dan kejadian itu selain memang karena adanya modal pribadi sudah pasti berkaitan pula dengan peristiwa dan kejadian yang dialami oleh orang lain, baik secara langsung maupun tidak. Dengan perkataan lain, antarkejadian atau antarperistiwa terdapat suatu kaitan yang bersifat relasional dan kausalitas. Peran, fungsi dan bantuan orang lain seharusnya tidak boleh dinafikan.

Ironisnya, kadang kala peran, fungsi dan bantuan yang saling berkaitan itu tidak terlalu dipikirkan dan kemudian terabaikan begitu saja. Bila itu terjadi, semuanya dianggap merupakan keberhasilan diri semata. Bahkan campur tangan dari Yang Maha Kuasa cenderung diabaikan pula. Kalaupun sempat diingat, biasanya tak lebih dari sekadar ïngatan yang sifatnya ”basa-basi”.

Bila demikian, keberhasilan tidak lagi menumbuhkan rasa syukur melainkan akan lebih memunculkan arogansi, kecongkakan dan kesombongan. Ini semua kemudian akan menyebabkan yang bersangkutan selalu menuntut selain pengakuan juga penghormatan dan perhargaan (berlebih-lebihan) dari semua orang yang dianggap lebih rendah posisinya karena tidak berhasil seperti dirinya.

Pelajaran moral yang bisa dipetik: ”segala sesuatu tidak pernah berdiri sendiri dan tidak terjadi secara tiba-tiba.”

@Jakarta di keheningan selasa pagi, 20 Januari 2009.

Meditasi

Air kolam itu begitu bening
Kebiru-biruan senada dengan cerahnya langit
Berkilauan terkena cahaya mentari pagi

Di atas air yang terasa dingin ke seluruh tubuh
Kugerakkan tangan dan kakiku sangat perlahan
Berenang mengitari seluruh tepian kolam

Perlahan-lahan...
Layaknya ikan berenang di samudera luas
Perlahan-lahan...
Layaknya burung terbang di langit bebas

Semakin perlahan gerakanku berenang
Layaknya meditasi di tengah malam
Semakin ku teringat padaNya
Aku berdzikir padaNya

Kau sambut aku dengan sapaan dan senyumMu
Di kala cahayaMu menerobos hingga ke dasar kolam
Betapa nikmat berenang sambil berdzikir padaNya

@Jakarta Sahid, 18 Januari 2009.

Sabtu, Januari 17, 2009

Seporsi Kepiting Rebus

Seporsi kepiting rebus bumbu lada hitam
Kusantap di suatu resto bergaya gazebo
Wow, betapa lezat rasanya
Sekejap kuhabiskan porsi pertama
Sebentar kemudian porsi kedua kulalap pula
Alhamdulillah...

Tak sekali itu aku menikmati rizkiNya
Kepiting rebus bumbu lada hitam cuma sebagai misal
Tak terhitung segala macam masakan telah kurasakan
Di tempat yang berbeda namun tetap di bumi ciptaanNya

Medan, Parapat, Pekanbaru, Padang, Bukittinggi
Bengkulu, Palembang, Bandar Lampung, Baturaja
Jakarta, Bogor, Bandung, Cilegon, Subang
Semarang, Yogyakarta, Solo, Demak, Kudus, Jepara
Surabaya, Malang, Jember, Pacitan, Ponorogo
Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan
Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda
Denpasar, Makassar, Manado, Kupang, Ambon, Manokwari
Kuala Lumpur, Singapura, Manila, Tokyo, Amsterdam
Dan masih banyak kota yang lain...

Seporsi kepiting rebus bumbu lada hitam
Yang kusantap di suatu resto bergaya gazebo
Kabarnya kepiting itu didatangkan dari Padang
Betapa jauhnya jarak perjalanan yang harus ditempuh
Dibutuhkan waktu sekitar seminggu untuk sampai di Samarinda

Aku tak tahu kapan kepiting itu dilahirkan
Aku tak tahu di tambak yang mana kepiting itu mulai hidup
Aku tak tahu kapan kepiting itu ditangkap
Aku tak tahu siapa yang menangkapnya
Aku tak tahu siapa yang membawanya ke Samarinda
Aku tak tahu siapa yang memasaknya
Aku tak tahu siapa yang memilihkannya untukku
Aku tak tahu, aku tak tahu, aku tak tahu...

Ya, aku memang tak pernah tahu semua itu
Bahkan aku pun tak pernah tahu
Asal muasal segala macam rizki
Yang pernah aku nikmati

Satu hal yang sudah pasti dan kuyakini
Bila rizki memang untukku
Akan tetap dapat kunikmati
Kapan pun dan di mana pun aku berada
Karena rizki tak kan pernah tertukar
Subhanallah...

@Jakarta, sabtu siang, 17 Januari 2009

Pilihanku

Andai ada beragam dunia tempat berpijak
Aku memilih tetap berada disini

Andai ada beragam jalan hidup
Aku tetap memilih yang ini

Itulah pilihanku
Duniaku dan jalan hidupku
Yang penuh rasa senang dan bahagia
Karena senantiasa dapat bersyukur atas nikmatNya

@Jakarta, 16 Januari 2008
Lantai 18 sore hari, menjelang pulang.

Jangan Bersedih

Ketika kau bersedih
Janganlah simpan kesedihanmu
Di dalam relung hatimu yang paling dalam
Akhirnya membusuk dan mengotori jiwa

Gantilah kesedihanmu
Dengan keceriaan batin pancaran nur Ilahi
Bukti rasa syukur atas segala nikmatNya

Begitu selanjutnya
Bila kesedihan muncul kembali

Itu penanda proses hidup memang fluktuatif
Kau harus cerdas menyikapi dan menyiasatinya

@Jakarta, 16 Januari 2008
Lantai 18 sore hari, menjelang pulang.

Kerinduan

Betapa sesak dadaku saat kusebut namaNya
Kerinduan demi kerinduan makin menggumpal
Tak kuasa aku memendam kerinduan ini
Hasrat bertemu kian deras mendesak
Aku pun terpuruk di lembah angan-angan

Andai aku bisa terbang malam ini
Akan aku temui Dia
Akan kucurahkan segala kerinduan padaNya
Dengan saksi airmataku
Dan suasana jiwa raga yang tenang
Karena memang Dia dambaanku...

@Jakarta, keheningan malam, 17 Januari 2009.

Jumat, Januari 16, 2009

Rintik Hujan di Malam Hari

Di suatu malam yang hening
Kudengar rintik hujan gerimis
Tidak lama kemudian lebat

Bagiku suara hujan itu
Begitu merdu dan sangat ritmik
Bagaikan nyanyian surga
Hatiku bergetar ...

Di kedinginan malam itu
Kutarik selimut tebalku
Penghangat badanku
Dalam tempat tidur yang nyaman

Ku hela nafasku sejenak
Nikmati irama hujan
Seraya menerawang ke dunia sana

Betapa bedanya aku dengan mereka
Yang tinggal di gubuk-gubuk reyot
Hanya beralaskan tikar
Diterpa hujan angin
Juga terik matahari yang menyengat
Ketika harus bekerja
Demi sesuap nasi tanpa gizi

Duh Gusti...
Lindungilah mereka dari segala mara bahaya
Hati dan jiwa mereka tentu amat tulus
Ikhlas, jujur dan tekun dalam bekerja
Cuma kondisi yang membuat mereka seperti itu

Terima kasih, Gusti
Kau berikan nikmat padaku di malam ini
Juga pada seluruh malam yang lain
Puji syukurku tak pernah alpa
Sebagai bekal ketika kumenghadapMu kelak...

@Jakarta, tengah malam, 12 Januari 2009.

Kamis, Januari 15, 2009

Pagiku

Ku songsong pagi ini dengan hati riang
Menyeruak ke relung hati paling dalam
Hidup terasa ringan
Tanpa beban, tanpa keluh kesah
Cuma senyum keriaan yang tertebar

Kubayangkan aku berlari dan terus berlari
Kurentangkan kedua tanganku
Kuberputar-putar dengan gelak tawaku

Kutengadahkan kepala menatap langit biru
Di padang luas penuh rerumputan
Bertaburan bunga-bunga indah
Semilir udara sejuk dalam cuaca cerah

Tiba-tiba aku tersentak
Kiranya aku terlalu asyik menikmati lamunanku
Tak terasa bus yang aku tumpangi
Telah sampai di depan tempat kerjaku

Para penumpang bergegas turun
Aku pun ikut turun dengan derap langkah ringan
Mengikuti alunan irama lagu-lagu lembut
Dari mp3 player kesayanganku

@Jakarta pagi hari, akhir november 2008.

Jumat, Januari 09, 2009

Antara Sudirman dan Plangi (Plaza Semanggi)

Remang menunduk lesu
Kau perlahan melangkah segar
Menyusup ke tenda security
Lewati orang-orang
berseragam hitam gagah


Senyum manismu terlihat sejuk
Menghiasi rona wajah anggunmu
Menyeruak ke relung-relung kerinduan
Menepis segala keraguan

Kau membaur dalam kerumunan orang
Di pelataran jalan sudirman
Yang semuanya punya kehendak sama
Berharap dapat segera pulang

Seraya mengamati bus-bus yang lewat
Senyum manismu tetap menebar
Tak berapa lama bus pun mendekat
Memberi kesempatan penumpang naik

Selincah kenek kau berlari menuju pintu belakang
Aku pun tak ketinggalan bergegas pula
Namun harus hati-hati dan waspada
Bahaya jatuh sangat mungkin
Sopir dan kenek tak pernah hiraukan itu
Yang penting duit setoran melebihi takaran

Berjejal orang dari segala jenis karakter berada di dalam
Semua tampak letih dan kucel karena seharian bekerja
Cuma kita yang sumringah tanpa keredupan
Apalagi keletihan dan kekucelan

Tiba-tiba terdengar suara kenek
Setengah berteriak: Plangi, Plangi, turun!
Kami pun bergegas turun...

@jakarta, sore hari November 2008
Sumber foto: http://www.theplazasemanggi.co/contact.php

Selasa, Januari 06, 2009

Proses Pembelajaran

Tiga masa terlalui
Masa awal beragam harapan dan doa
Masa kedua kendala menghadang
Masa ketiga kendala kian kokoh
Aura kasih makin memancar

Bertumpuk hikmah penuh makna
Sebagai proses belajar dan pembelajaran

Hidup makin dinamis
Pemikiran makin matang
Perenungan makin mendalam
Kesabaran makin teruji
Keberserahandiri makin bulat

@jakarta, perdana 2009

Kamis, Januari 01, 2009

Refleksi Malam Tahun Baru 2009

Masa berganti, tahun pun bergulir
Usia bukan makin betambah
Malah berkurang bilangannya
Menuju titik akhir kehidupan

Kehidupan adalah tarikan nafas
Yang tak terhitung jumlahnya

Detik demi detik nafas dihembuskan
Mengurangi kapasitas yang tersimpan
Akhirnya sampailah pada hembusan nafas terakhir

Kematian bukan akhir dari kehidupan
Melainkan pintu menuju kehidupan baru
Tak seorang pun mampu menghindar
Atau menolak melewati pintu itu

Pada saatnya nanti semuanya pasti mengalami
Hanya berbeda kapan, di mana, dan dari mana
Mulai memasuki pintu itu

Kehidupan di balik pintu itu memang gaib
Namun rambu-rambu telah terpasang
Agar segala bekal yang disiapkan tak sia-sia

@gotong royong, malam pergantian tahun 2009.

Kamis, Desember 18, 2008

Sebuah Benih Harus Ditanam Pada Saat Yang Tepat

Oleh: M. R. Bawa Muhaiyaddeen


Seorang anak bertanya kepada seorang Sheikh Sufi, "Bisakah engkau
mengatakan pada tingkat apa keadaanku saat ini?

Sang Sheikh menjawab, "Sebuah benih harus ditanam pada saat yang
tepat. Ketika ia mulai tumbuh, akarnya merambat ke dalam tanah,
mencengkramnya ke seluruh arah. Segera setelah tanaman tumbuh menjadi
sebuah pohon, dan pohon tersebut tumbuh semakin besar, dan berbuah.
Ketika buahnya muncul, mereka tidak memiliki hubungan dengan tanah;
walaupun pohonnya terhubung dengan tanah, buahnya memiliki hubungan
dengan manusia dan setiap mahluk hidup lainnya.

"Anakku, hidupmu juga seperti itu. Walaupun kau telah tumbuh begitu
tinggi, seperti sebuah pohon, hubungan dan keterikatan akal pikiran,
prasangka, dan hawa nafs-mu terhubungan kepada bumi dan dunia. Inilah
keadaanmu saat ini.

"Bagaimanapun anakku, kau memiliki sebuah hubungan di dalam qolb-mu,
di dalam hatimu, yang mencari Tuhan. Akan ku jelaskan kepadamu maksud
dari membangun hubungan itu. Ikuti arah ini baik-baik.

"Sebanyak apapun hubungan yang kau miliki kepada dunia, jika kau ingin
mencari Tuhan, jika kau ingin berjalan menuju Tuhan, kau, doamu dan
ibadahmu harus berada dalam kedaan yang sama seperti pohon: walaupun
pohon terhubung kepada tanah, ia memberikan buahnya pada siapapun.

Walaupun kau terhunus kepada dunia, seperti sebuah pohon, niatmu harus
seperti buah pada pohon: doa, ketaatan, ibadah, sifat-sifat, dan
tindakan-tindakanmu harus terhubung kepada Tuhan, dan engkau harus
melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi seluruh mahkluk hidup tanpa
mementingkan dirimu sendiri. Dan kau akan berjalan dengan baik pada
jalan menuju Tuhan.

Terjemahan dari: http://www.bmf.org/wisdom/golden-words-637.html

Kisah Sebuah Jam

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.
"Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31.104.000 kali selama setahun?".
"Ha?" kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?".
"Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari?"
"Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.


"Bagaimana kalau 3.600 kali dalam satu jam?"
"Dalam satu jam harus berdetak 3.600 kali? Banyak sekali itu" tetap
saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam.
"Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?".
"Naaaah, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar
biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa
henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali.

Renungan

Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu
terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita
ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan
sekalipun. Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.

Kata Bijak Hari Ini.

Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Yang lain dengan
denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari
adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.
(Confucius)

(re-written by Hanzstax. 29/10/08. 22:28 WIB. JKT-Benhill)

Rabu, Desember 17, 2008

Nur Dari Timur

Oleh Gede Prama.
Posted by Herry Mardiant

"Nyaris semua manusia begitu berhadapan dengan persoalan, penderitaan langsung bereaksi mau menyingkirkannya. Bosan lalu cari makan. Jenuh kemudian cari hiburan. Sakit lalu buru-buru mau melenyapkannya dengan obat. Inilah bentuk nyata dari hidup yang melawan sehingga berlaku rumus sejumlah psikolog what you resist persist. Apa saja yang dilawan akan bertahan. Ini yang menerangkan mengapa sejumlah kehidupan tidak pernah keluar dari terowongan kegelapan karena terus melawan"

Ia yang pernah hidup di Barat tahu kalau berbicara itu amat penting. Dibandingkan kehidupan di Timur, lebih banyak hal di Barat yang diekspresikan dengan kata-kata.Fight, argue, dan complain, itulah ciri-ciri manusia yang disebut ”hidup” di Barat. Tanpa perlawanan, tanpa adu argumentasi, orang dianggap ”tidak hidup” di Barat. Intinya, melawan itu kuat, diam itu lemah, melawan itu cerdas, dan pasrah itu tolol.

Dengan latar belakang berbeda, pola hidup ala Barat ini menyebar cepat melalui televisi, internet, radio, media, dan lainnya. Dengan bungkus seksi demokrasi, hak asasi manusia, semua dibawa ke Timur sehingga dalam banyak keadaan (angka bunuh diri naik di Jepang, Thailand mengalami guncangan politik, Pakistan ditandai pembunuhan politik), banyak manusia di Timur mengalami kebingungan roh Timur dengan baju Barat.Perhatikan kehidupan desa sebagai barometer.

Tanpa banyak berdebat siapa yang akan menjadi presiden, ke mana arah masa depan, partai apa yang akan menang. Di desa yang banyak burungnya, tetapi manusianya banyak menonton televisi (sebagai catatan, realita di desa amat sederhana, tontonan di televisi amat menggoda), tema hidup setiap pagi adalah ”burung menyanyi, manusia mencaci”.Berhenti melawanBayangkan seseorang yang tidak bisa berenang lalu tercemplung ke sungai yang dalam.

Pertama-tama ia melawan. Setelah itu tubuhnya tenggelam. Karena tidak bisa bernapas, meninggallah ia. Anehnya, setelah meninggal tubuhnya mengapung di permukaan air. Dan alasan utama mengapa tubuh manusia meninggal kemudian mengapung karena ia berhenti melawan.Ini memberi inspirasi, mengapa banyak manusia tenggelam (baca: stres, depresi, banyak penyakit, konflik, perang) karena terus melawan. Yang menjadi guru mau jadi kepala sekolah. Orang biasa mau jadi presiden. Pegawai mau cepat kaya seperti pengusaha. Intinya, menolak kehidupan hari ini agar diganti kehidupan yang lebih ideal kemudian. Tidak ada yang melarang seseorang jadi presiden atau pengusaha, hanya alam mengajarkan, semua ada sifat alaminya Seperti burung sifat alaminya terbang, serigala berlari, dan ikan berenang.

Suatu hari konon binatang iri dengan manusia karena memiliki sekolah. Tak mau kalah, lalu didirikan sekolah berenang dengan gurunya ikan, sekolah terbang gurunya burung, sekolah berlari gurunya serigala. Setelah mencoba bertahun-tahun semua binatang kelelahan. Di puncak kelelahan, baru sadar kalau masing-masing memiliki sifat alami. Dalam bahasa tetua di Jawa, puncak pencaharian bertemu saat seseorang mulai tahu diri.Meditasi tanpa perlawananNyaris semua manusia begitu berhadapan dengan persoalan, penderitaan langsung bereaksi mau menyingkirkannya. Bosan lalu cari makan. Jenuh kemudian cari hiburan. Sakit lalu buru-buru mau melenyapkannya dengan obat.

Inilah bentuk nyata dari hidup yang melawan sehingga berlaku rumus sejumlah psikolog what you resist persist. Apa saja yang dilawan akan bertahan. Ini yang menerangkan mengapa sejumlah kehidupan tidak pernah keluar dari terowongan kegelapan karena terus melawan.Berbeda dengan hidup kebanyakan orang yang penuh perlawanan, di jalan meditasi manusia diajari agar tidak melawan. Mengenali tanpa mengadili. Melihat tanpa mengotak-ngotakkan. Mendengar tanpa menghakimi. Bosan, sakit, sehat, senang, dan sedih semua dicoba dikenali tanpa diadili. Ia yang rajin berlatih mengenali tanpa mengadili, suatu hari akan mengerti.Dalam bahasa Inggris, mengerti berarti understanding, bila dibalik menjadi standing under. Seperti kaki meja, kendati berat menahan, ia akan berdiri tegak menahan meja.

Demikian juga dengan meditator. Persoalan tidak buru-buru dienyahkan, penderitaan tidak cepat disebut sebagai hukuman, tetapi dengan tekun ditahan, dikenali, dan dipelajari. Setelah itu terbuka rahasianya, ternyata keakuan adalah akar semua penderitaan. Semakin besar keakuan semakin besar penderitaan, semakin kecil keakuan semakin kecil persoalan. Keakuan ini yang suka melawan.Indahnya, sebagaimana dialami banyak meditation master, saat permasalahan, penderitaan sering dimengerti dalam-dalam sampai ke akar-akarnya, diterangi dengan cahaya kesadaran melalui praktik meditasi, ia lalu lenyap. Ini mungkin penyebab mengapa Charlotte JokoBeck dalam Nothing Special menulis, ”Sitting is not about being blissful or happy. It’s about finally seeing that there is no real difference between listening to a dove and listening to somebody criticizing us”. Inilah berkah spiritual meditasi.

Tidak ada perbedaan antara mendengar merpati bernyanyi dan mendengar orang mencaci. Keduanya hanya didengar. Yang bagus tak menimbulkan kesombongan. Yang jelek tak menjadi bahan kemarahan. Pujian berhenti menjadi hulunya kecongkakan. Makian berhenti menjadi ibunya permusuhan.Saat melihat hanya melihat. Ketika mendengar hanya mendengar. Perasaan suka-tidak suka berhenti menyabotase kejernihan dan kedamaian. Meminjam lirik lagu Bob Marley dalam Three little birds: don’t worry about the things, every single thing would be allright. Tidak usah khawatir, semua sudah, sedang, dan akan berjalan baik.

Burung tak sekolah, tak mengenal kecerdasan, tetapi terhidupi rapi oleh alam, apalagi manusia. Inilah meditasi tanpa perlawanan. Paham melalui praktik (bukan dengan intelek) jika keakuan akar kesengsaraan. Begitu kegelapan keakuan diterangi kesadaran, ia lenyap. Tidak ada yang perlu dilawan.Seorang guru yang telah sampai di sini berbisik: the opposite of injustice is not justice, but compassion. Selama ketidakadilan bertempur dengan keadilan, selama itu juga kehidupan mengalami keruntuhan. Hanya saling mengasihi yang bisa mengakhiri keruntuhan.

Sejumlah sahabat di Barat yang sudah membadankan kesempurnaan meditasi seperti ini kerap menyebut ini dengan Nur dari Timur. Cahaya penerang dari Timur di tengah pekatnya kegelapan kemarahan, kebencian, ketidakpuasan, dan kebodohan. Seperti listrik bercahaya karena memadukan positif-negatif, meditasi hanya perpaduan kesadaran-kelembutan, membuat batin bisa menerangi diri sendiri.***(Gede Prama Bekerja di Jakarta, Tinggal di Desa Tajun, Bali Utara)


Kebahagiaan Hakiki

Alur kehidupan memang tak pernah lempeng
Berkelok, naik, turun, dan kadang harus ngiup dari terpaan coba
Letih lelah menguras tenaga, pikiran dan kala
Itulah proses pematangan hati dan jiwa
'tuk semakin bijak meniti dan menata kehidupan

Aku turut merasakan apa yang kau rasakan dan alami
Aku percaya hati dan jiwamu putih dalam kesederhanaan
Aku mengerti bertumpuk kejujuran dan kepolosan membalut pribadimu
Aku salut kau cerdas memilah dan memilih langkah namun tetap tangguh dan teruji
Aku paham semua tentang diri mu

Percayalah, meski itu semua masih bergulir
Pertanda proses menuju kematangan hati dan jiwa terus berjalan
Sebagai tanda-tanda dan bukti kasih sayang Allah pada dirimu
Kebahagiaan tidak semata dapat diterjemahkan pada hal yang kasat mata
Kebahagiaan hakiki berada jauh di lubuk hati dan jiwamu yang putih bersih
Hanya dirimu yang mampu merasakannya sepanjang hayatmu
Bukan aku, bukan dia, bukan mereka, juga bukan siapa-siapa

@Jakarta November 2008
Sumber foto: www.bluemountain.com

Mengapa Dzikir Pertama 33 Kita Subhanallah?

[Cucu] : Abah, abah….. punten, mau tanya lagi…. Habis dari dulu kepikiran, dan belum ketemu jawabannya… Mengapa habis shalat, kita diajari mengucapkan dzikir kata-kata subhanallah sebanyak 33 kali?
[Kakek] : Begini cucuku, ini-mah apa yang abah pahami hari ini, kalimat subhanallah umumnya diterjemahkan dengan “Maha Suci Allah“… tapi ketika abah coba liat di kamus arab, akar kata subhaana itu diambil dari kata sa-bi-ha yang artinya berenang. lah, jadi kalau kalimat subhanallah jadinya buat abah lebih terasa mendalam maknanya ketika abah coba maknai dengan “berenang mengikuti kehendak Allah…” menghanyutkan diri dalam garis kehendak dan izin Allah, mengikutkan diri dalam aliran sungai kehidupan yang telah Allah gulirkan hari, walaupun tampak di mata kita itu semua menyakitkan, membuatnya menderita, membuat sengsara dan tidak sesuai harapan….

Nah, sering kali, kita-teh, si manusia yang sering gagal dalam memahami diri dan memahami betapa lemah diri ini, selalu merasa bahwa semua urusan dunia itu bisa dia atasi sendiri dengan kebanggaan akan cerdasnya akalnya, sering pula merasa bahwa semua masalah di hadapannya adalah ringan untuk di atasi bahkan akhirnya saking bangganya, saking percaya dirinya seringkali mencoba menentang setiap peristiwa yang hadir yang tidak sesuai dengan harapannya, sering mencoba mempertanyakan terus mengapa peristiwa itu begitu dan tidak begini, sering marah, kecewa dengan kegagalan demi kegagalan bahkan bisa jadi akan berujung pada sebuah pandangan bahwa Allah tidak adil, Allah menzhalimi hamba-Nya dst.dst….

Begituh, incu-ku yang baik… ALlah mengajari kita lewat kangjeng Nabi Mulia dengan dzikir subhaanallah, sebagai sebuah pengingat buat kita, untuk belajar mengalirkan diri dengan apa pun yang telah Allah izinkan terjadi, belajar mengikuti setiap garis takdir yang bergulir walaupun tampaknya di mata lemah kita itu semua peristiwa yang merugikan, yang menyengsarakan, peristiwa yang tidak adil dst.dst….
diulangi 33 kali, yang abah pahami sih, sebagai sebuah penekanan terus menerus, karena sebuah kalimat yang diulang berkali-kali semoga semakin meresap dalam diri semakin dalam, semakin terhayati…

Dan bisa juga kan kita jadikan sebagai doa… sambil mengulang-ulang lafadz subhanallah itu, sambil kita memohon, Ya Allah, alirkan diri hamba ini dalam kehendak-Mu, ya ALlah, alirkan diri hamba ini dalam perkenan-Mu, jadikan hamba sebagai wujud yang ridla menerima segala ketetapan apa-pun yang itu pasti baik buat hamba, pasti mengandung nilai kebaikan buat hamba, walaupun tampak tidak sesuai harapan, tampak tidak adil….

Berdzikir subhaanallah membentuk diri agar menjadi hamba yang ridla menerima ketetapan-Nya, senang menerima apa pun yang Dia hadirka, hingga akhirnya kita bisa merasakan bahagia dengan apapun yang ALlah gariskan, tampak senang ataupun tidak senang dimata kita….

Nah, karena seringkali umat gagal mewujudkan sikap ridla ini, maka itulah, Allah ajarkan lewat Nabi mulia sebuah dzikir yang selalu di ulang sebanyak 5 kali sehari, 150 kali sebulan, dan 1825 kali setahun… Wah bayangkan, kalau sampai ribuan kali diulang kalimat reminder ini tapi juga manusia gagal ridla dengan semua ketetapan ALlah ini… pantesan banyak orang yang kemudian gampang sekali mencela zaman, mencela takdir Allah, mencela semua keadaan kehari ini-an kita… Nah, begitu yang abah paham cucuku….

[cucu] : walah, walah, hatur nuhun abah, saya akan segera latihan dzikir lagi kalau gitu mah, soalnya selama ini saya gagal terus memaknai maknal luhur dibalik tasbih agung ini…. Subhaanallah…! subhaanallah…! subhaanallaah!

Posted in Mengapa? at 3:52 pm by kuswandani
Sumber foto: www.bluemountain.com

Mengapa Alhamdulillah menjadi kalimat dzikir 33 yang kedua?

[cucu] : Abah, terusin dong, kalau yang bacaan alhamdulillah itu…gimana maksudnya…dan kenapa diletakkan di urutan kedua…hayoo! maaf sekali abah, cucu-mu gak bermaksud menguji… punten..!
[kakek] : Ah, gapapa cu! emang udah kewajiban kamu bertanya, dan kewajiban abah mencoba menjawab… karena itulah maka jadilah sebuah tanya jawab….hehe…
Begini, kalimat kedua yang Nabi ajarkan adalah melafalkan dzikir alhamdulillah sebanyak 33 kali juga.. biasa disebut dengan istilah kalimat tahmid… sudah abah jelaskan sebelumnya kan, makna alhamdulillah berkaitan dengan tuntunan kanjeng Nabi sebagai ucapan kita setiap selesai mengerjakan sebuah pekerjaan apapun…

Kalimat tahmid, seperti yang abah jelaskan sebelumnya adalah kalimat kebersyukuran…bertahmid adalah memuji dalam bentuk mensyukuri…. sebaik-baik pujian kepada ALlah adalah dengan memuji-Nya, tapi bukan sekedar pujian lisan belaka, Engkau Maha Hebat ya ALlah, Engkau Maha Indah ya ALlah… tapi pujian yang paling Allah sukai adalah dalam bentuk keberhasilan kita memanfaatkan apa pun karunia yang telah Dia berikan….

Maka si hamba akan berhasil dijuluki sebagai hamba yang bersyukur ketika dia berhasil memanfaatkan apa pun yang dia terima, apapun yang telah dihadirkan kepadanya, apapun keadaan yang dia alami… diberi keluasan rizki, maka dia mensyukurinya dengan memanfaatkan kelebihan rizki itu untuk kemaslahatan orang lain dan dirinya…, sebaliknya, ketika dia dalam kondisi tersempitkan rizkinya, maka dia pun berhasil memanfaatkan kesempitan itu dengan melakukan hal2 yang membuat ALlah suka cita… dia akan belajar bersabar, belajar menerima dan merasa cukup dengan yang sedikit itu….

Karena itulah, dia layak disebut sebagai hamba yang bersyukur…. dan ketika sebagian besar manusia hari ini lupa bersyukur, sulit bersyukur, memanfaatkan setiap kondisi yang sudah ALlah izinkan terjadi dalam bentuk apapun juga… Nabi mulia menuntun kita agar melafalkan kalimat alhamdulillah itu sebagai bentuk doa bagi yang belum mampu bersyukur….

Memohon, ya Allah, berikan hamba kemampuan mensyukuri apapun yang telah Engkau atur dalam hidup hamba ini…. dilafalkan 33 kali sebagai penguatan, pembangunan keyakinan atas pengharapan itu, diulangi dan diulangi dengan lafadz yang sama semoga semakin tertanam kuat dalam diri ini, perjuangan kita untuk bisa digolongkan menjadi hamba yang bersyukur….

Trus, kenapa diletakkan setelah lafadz subhanallah 33 kali? karena kemampuan bersyukur akan Allah hadirkan setelah kita diberi kemampuan bertasbih, mengikuti aliran sungan kehidupan yang sudah Allah atur sedemikian rupa, sedemikian unik dalam diri masing-masing hamba…. ridla tanpa protes dengan semua yang sudah ALlah hadirkan hari ini, apakah itu disebabkan oleh kesalahan manusia lain atau apapun juga, itu hanya perantara dari Tangan Dia Yang Maha Menggerakan kehidupan dengan secermat-cermatnya….

Tugas manusia adalah menerima terlebih dahulu setiap peristiwa apa pun yang sudah terjadi, mengambil hikmah dan pelajaran atas setiap kesalahan-kesalahan mereka, lalu kita syukuri dengan berbuat, berbuat, apa yang mampu kita perbuat, berjuang semampunya merubah apa yang mampu kita rubah…dst.dst… kita belum mampu merubah? mari kita serahkan kembali kepada-Nya sebagai bentuk tawakkal kita… tanpa harus menyesali ketidak mampuan kita melakukan hal yang belum mampu kita lakukan…

Ah, seperti itu cucuku, semoga dapat kita maknai bersama, semoga kita digolongkan menjadi hamba2-Nya yang mudah bersyukur… amin, amin,,
[cucu] : alhamdulillah, hatur nuhun pisan, abah….. bismillah, saya akan belajar bersyukur sekarang… dimulai dengan belajar melafalkan dzikir alhamdulillah 33 kali saya ini.. dengan lebih lembut, lebih penuh harapan, lebih penuh penghayatan…… amin, amin, amin…

Posted in Mengapa? at 9:09 am by kuswandani
Sumber foto: www.bluemountain.com

Mengapa 33 kali Dzikir Ketiga usai Shalat …. Allahu Akbar…?

[Cucu] Sekarang biar lengkap abah, saya mau tanya tentang dzikir setelah shalat yang ketiganya, mengapa harus bertakbir sebanyak 33 kali?
[Kakek] Saya coba jawab lagi sesuai dengan pemahaman abah hari ini yah…. Semoga Allah terus menuntun abah, jika pemahaman ini benar adanya menurut-Nya, tentu Dia akan menguatkan makna ini, tapi sebaliknya jika ini hanya permainan akal manusia lemah kayak abah sekarang, semoga Allah juga akan menunjukkan yang lebih baik dari sekarang…. Takbir Allahu Akbar, adalah ungkapan akan kecilnya diri ini, dan Maha Besarnya Dia Yang Agung…

Allahu Akbar, Allah Yang Besar, diri yang kecil,
Allah yang Besar, masalah diri yang jauh lebih kecil, sehingga keputus-asaan kita dalam menghadapi masalah yang tampak kita tidak mampu mengatasinya, dengan menganggap-Nya besar, maka si hamba yang kelak akan mendapatkan kekuatan-Nya dalam menghadapinya..
Allah yang Besar, ujian hidup diri yang mestinya lebih kecil, seberat apa pun pandangan lemah kita dalam menghadapi ujian, serumit apa pun tampaknya di mata manusia, sehebat apa pun dirasakannya oleh kita, semoga dengan takbir ini, akan terbangun sebuah pengharapan besar, Dia Ta’ala yang kelak akan memberikan kita kemampuan melihat hakekat sebenarnya dibalik ujian-Nya,

Dengan bertakbir, kita sedang menyerahkan segala keterbatasan kita kepada-Nya, dan membiarkan Dia kelak yang akan memberikan secuil kesempurnaan-Nya…
dengan bertakbir, ego diri, kesombongan diri, kebanggaan diri, rasa takjub diri… semoga tergugurkan, semoga tertanggalkan, semoga terkikis habis, bis….
dengan takbir yang sama pun, semoga kelak Allah yang akan memberikan secuil kekuatan-Nya, tapi tampak sangat berarti buat kita, sepersejuta kebesaran-Nya, tapi itu sangat menggetarkan kita,

Membangun rasa diri yang hina, semoga Dia yang akan memuliakannya,
Membangun rasa diri yang tak berdaya, semoga Dia yang akan mengangkat kita..
Membangun rasa diri yang penuh alpa, semoga Dia yang akan terus menuntun jalan-Nya…
Membangun rasa diri yang jatuh lagi dan jatuh lagi dan jatuh lagi…. semoga Dia yang kelak akan terus mengampuni, dan mengampuni dan terus mengampuni kita…
Itu makna luhur takbir kita nak…

Bukan malah dengan takbir yang sama, kita serasa sebuah pasukan penghancur… na’udzubillah!!
Bukan malah dengan takbir yang sama, kita menjadi manusia yang mudah menghakimi sini dan sana… na’udzubillah,
Bukan malah dengan takbir yang sama, kesombongan demi kesombongan kita yang paling benar makin terkuak lebar…. wah na’udzubillah!
Bukan malah dengan takbir yang sama, lahirlah kebanggan diri yang baru, lahirlah rasa benar diri yang membuat di luar diri salah semua, lahirlah ketakjuban diri paling suci, paling beragama, paling shalih, paling kuat, paling taat, paling ahli surga, paling tak berdosa…. Na’udzubillah… na’udzubillah…

Itu takbir yang abah pahami cucuku….
Dan yakinilah, kita akan bisa bertakbir dengan benar…. setelah kita berhasil bertasbih, mengikuti aliran kehendak-Nya dengan benar, menjalani semua sungai kehidupan dengan benar…. lalu kita juga bisa mensyukuri dan ridla dengan apapun yang telah Allah hadirkan hari ini…..bisa bertahmid dengan benar….

Dan….
Ketika kita lupa bertasbih, lupa bertahmid, juga lupa bertakbir dengan benar…maka Allah terus dan terus dan terus mengingatkan kita di dalam setiap dzikir harian kita, di dalam setiap 33 kali lafadz yang kita bisikkan dengan rintihan kecil kita…
Subhaanallah……
Alhamdulillaah…
Allahu akbar……
Duh, ya Allah.… rindu nian, hamba bisa berdzikir dengan benar…..
Allah….Allah… Allah....

Posted in Mengapa? at 12:44 am by kuswandani
Sumber foto: www.bluemountain.com

Selasa, Desember 16, 2008

Tasbih adalah Kehidupan

Sebuah Tasbih adalah kehidupan. Berawal dan berakhir di titik yang sama. Bukan Tasbih bila hanya terdiri dari satu butir. Bukan Kehidupan bila hanya satu dimensi. Kehidupan akan sempurna bila telah melewati serangkaian untaian butiran suka, duka, derita, bahagia, gembira, gagal, sukses, pasang, dan surut.

Seperti Tasbih yang melingkar, kehidupanpun demikian. Kemanapun akan pergi dan berlari, Tetap masih dalam lingkaran Takdir Illahi. Dari-Nya kehidupan dimulai dan kepada-Nya akan berakhir. Tasbih adalah wakil jiwa yang selalu bergerak, tidak pernah berhenti, Pantang menyerah, Tidak mengenal putus asa, Untuk meraih yang lebih tinggi.

Hidup adalah karunia paling berharga untuk makhluk bernama manusia. Maka jangan pernah mengharap cinta, bila engkau tidak memiliki keberanian. Jangan memeluk cinta, bila takut gagal, kecewa dan sakit hati. Semua itu adalah paket yang akan ditemukan oleh siapapun dalam meraih cinta.

(Dikutip dari Derap-derap Tasbih -)

Sumber foto: http://www.muslimbase.com/index.php?cPath=354